Monday, March 26, 2012

Membudayakan Menulis bagi Mahasiswa


Masalah yang berkaitan dengan kemampuan menulis mahasiswa sering dibicarakan oleh pemangku kepentingan (stakeholders) bidang pendidikan, baik di media massa maupun kegiatan diskusi, seminar dan workshop. Apalagi sejak adanya kebijakan kementerian pendidikan dan kebudayaan melalui Surat edaran dirjen dikti nomor 152/E/T/2012, bahwa mulai agustus 2012 yang menentukan syarat kelulusan bagi S1,S2 dan S3 harus mempublikasikan karya ilmiahnya di jurnal ilmiah. Terlepas dari pro dan kontra kebijakan tersebut, kemampuan menulis mahasiswa menjadi penting untuk diperhatikan oleh stakeholders bidang pendidikan.

Pada prinsipnya tujuan kebijakan tersebut baik yaitu untuk meningkatkan kemampuan menulis lulusan dan menghindari plagiarisme, yang pada akhirnya meningkatkan daya saing bangsa. Namun yang menjadi masalah adalah pada tingkat implementasi, khususnya kemampuan PT dalam menyediakan sarana publikasi yang berkualitas. Tulisan singkat ini tidak membahas kebijakan kemendikbud, tapi lebih memfokuskan pada bagaimana membangun kemampuan menulis lulusan/mahasiswa sebagai salah satu kompetensi yang diperlukan. 

Kemendikbud menyampaikan bahwa sejak tahun 2010, publikasi ilmiah Indonesia dibawah negara-negara Asean dan jauh di bawah Malaysia. Kondisi ini berbeda pada tahun 2001, dimana Indonesia dan negara-negara Asean masih relatif sama jumlah publikasi ilmiahnya. Banyak faktor yang menyebabkan kondisi ini terjadi, diantaranya: pertama, di tingkat mahasiswa kemampuan menulis mahasiswa yang rendah sebagai akibat kurangnya minat mahasiswa menulis. Minat tidak akan muncul apabila menulis difahami sebagai sesuatu kemampuan yang kurang/tidak memberi manfaat bagi dirinya baik untuk saat ini maupun untuk masa yang akan datang. Sedangkan di tingkat dosen, selain faktor kemampuan menulis, juga faktor belum fokusnya dosen terhadap bidang penelitian.

Kedua, kebijakan pemerintah dan satuan pendidikan tinggi (perguruan tinggi) yang belum mendukung sistem pendidikan yang bertujuan untuk meningkatkan kompetensi mahasiswa dalam menulis. Kebijakan pemerintah tentang kewajiban publikasi ilmiah bagi syarat kelulusan, dapat menjadi awal untuk membangun kompetensi menulis, apabila infrastrukturnya dipersiapkan dengan baik. Pentingnya kompetensi menulis bagi mahasiswa, belum difahami secara menyeluruh oleh pengelola PT atau program studi. Hal ini ditunjukan dengan tidak semua PT mewajibkan mahasiswanya membuat skripsi sebagai syarat kelulusaanya. Kewajiban menulis skripsi, yang dilembagakan oleh pemerintah, bisa menjadi tahap awal untuk membangun kemampuan menulis.

Oleh karenanya untuk membangun kompetensi menulis perlu dilakukan dua hal, yaitu pertama membangun kesadaran kepada mahasiswa bahwa menulis merupakan salah satu keterampilan hidup (life skill) bukan hanya sebatas kemampuan akademik. Kedua, menciptakan budaya menulis melalui kebijakan institusi atau PT, baik di bidang kurikulum maupun non kurikulum (program-program PT).  

Kesadaran mahasiswa dalam menulis akan tumbuh apabila adanya pemahaman bahwa menulis bermanfaat bagi diri dan kehidupannya di masa depan. Kita perlu banyak mengelaborasi di berbagai forum diskusi tentang manfaat menulis sebagai life skill (ketrampilan hidup). Menulis banyak difahami sebagai sebuah ketrampilan yang tidak mudah, apalagi menulis ilmiah. Persepsi bahwa menulis itu sulit,  akan menjadi kendala tersendiri dalam membangun kemampuan menulis. Oleh karenanya persepsi ini perlu dirubah melalui diseminasi tentang menulis itu bermanfaat bagi mahasiswa. Apabila menulis ilmiah dianggap sulit, kenapa tidak dimulai dari menulis fiksi. Dengan tumbuhnya kecintaan terhadap menulis (fiksi/tulisan sederhana), maka seiring bertambahnya pengetahuannya, keinginan untuk menulis ilmiah akan muncul.   

Berbagai kajian menunjukan bahwa menulis memberi banyak manfaat bagi seseorang. Pakar menulis, Caryn Mirriam-Goldberg PhD (dalam http://yopi-nasir.blogspot.com/2012/03/manfaat-menulis.html, 26/3/2012) mengemukakan manfaat menulis diantaranya: memahami diri sendiri, membangkitkan kepercayaan diri, memunculkan ide dan gagasan sendiri, memberi kontribusi pada orang lain atau masyarakat, meningkatkan kreatifitas, sebagai wadah meluapkan berbagai masalah diri yang tidak merugikan diri sendiri dan orang lain.

Dalam menulis (ilmiah) apalagi tulisan untuk dipublikasikan, dapat memberikan pembelajaran yang bermanfaat dalam kehidupan atau life skill. Artinya orang yang terbiasa menulis akan senantiasa memperhatikan prinsip-prinsip dalam menulis. Beberapa prinsip  yang penting dalam menulis adalah mengedepankan logika/rasionalitas, berbicara atau berargumentasi berdasarkan fakta, mengedepankan kejujuran, serta melatih kepekaan sosial.

Orang yang terbiasa menulis senantiasa berpikir logis, rasional dan sistematis. Hal ini sangat diperlukan dalam membangun interpersonal yang baik atau yang dikenal dengan soft skills. Konflik bisa muncul karena sumber informasi yang tidak faktual/valid. Menulis mengasah kita untuk senantiasa mendasari argumen berdasarkan fakta.

Kejujuran menjadi nilai yang sangat langka dalam masyarakat bangsa ini. Ungkapan yang salah seperti "orang jujur akan hancur", menjadi pegangan sebagian masyarakat kita. Maraknya korupsi di Indonesia merupakan akibat dari membudayanya ketidakjujuran. Bangsa ini tidak akan bisa mengatasi masalah yang kompleks hanya dengan satu, dua atau tiga orang, kelompok atau partai sekalipun. Bangsa ini membutuhkan sinergi dan kolaborasi dari semua komponen masyarakat. Hal itu akan terjadi apabila semua kita memiliki kepekaan sosial. Menulis melahirkan kepekaan sosial karena dituntut untuk selalu menemukan dan menjawab masalah. Oleh karenanya Nilai-nilai yang terkandung dalam menulis akan sangat bermanfaat bagi diri sendiri (bidang kerjanya), masyarakat dan bangsa Indonesia. 

Sedangkan untuk bisa menciptakan budaya menulis setidaknya ada dua hal yang dilakukan secara pararel, yaitu di tingkat kurikuler dan ko/ekstra kurikuler. Di bidang kurikuler, kemampuan menulis akan muncul dan menjadi kebiasaan (budaya) apabila kurikulumnya mendukung. Yang harus diperhatikan di bidang kurikulum yaitu mata kuliah yang mendukung dan metode pembelajaran yang berorientasi pada membiasakan dan meningkatkan kemampuan menulis. Setidaknya perlu ada 3 Mata kuliah dasar yang harus ada dalam kurikulum pendidikan tinggi yaitu bahasa Indonesia, metode penelitian dan penulisan ilmiah. Semua mata kuliah ini, harus mengarah pada kompetensi umum kemampuan menulis atau meneliti. Metode pembelajaran untuk semua mata kuliah pun harus diarahkan untuk melatih kemampuan menulis mahasiswa dan ada evaluasi hasil tulisan dari dosennya. Contoh pembelajaran yang berorientasi pada kemampuan menulis adalah dalam pemberian tugas-tugas kuliah, setidaknya mahasiswa diminta untuk melakukan 3 hal yaitu: menemukan masalah dalam sebuah fenomena yang sesuai mata kuliah atau bidang ilmunya,  alat analisis (teori/kerangka berpikir) yang digunakan, serta menerapkannya pada masalah yang dianalisis. Hal ini akan berhasil baik apabila didukung oleh wawasan mahasiswa yang memadai. Oleh karenanya, review berbagai bacaan atau buku, menjadi penting dalam proses pembelajaran. Bobot yang tinggi untuk mendapat nilai bagus, sebagai faktor terakhir yang penting dalam membangun culture menulis.     

Untuk bidang ko dan ekstra kurikuler, peran pengelola sistem pendidikan, mulai dari tingkat program studi hingga universitas sangat penting. Peran yang harus dilakukan adalah memfasilitasi berbagai hal yang mendukung budaya menulis. Beberapa yang perlu menjadi perhatian adalah senantiasa memperbaharui koleksi pustaka yang memadai, baik yang bersifat cetak maupun on line. Beberapa program kegiatan yang disusun oleh pengelola harus menciptakan iklim budaya menulis seperti kegiatan pelatihan menulis serta lomba-lomba menulis, baik menulis fiksi maupun non fiksi. Fasilitasi insentif bagi prestasi mahasiswa juga harus disiapkan.

Berdasarkan uraian tersebut, kemampuan dan budaya menulis di kalangan mahasiswa, tidak hanya ditentukan oleh mahasiswa sendiri namun harus didukung dan difasilitasi oleh lembaga atau pengelola pendidikan. 


No comments:

Post a Comment